Ketika sampai di gerbang Dusun Bambu, hampir semua kendaraan belok ke kanan ke arah Dusun Bambu. Hanya mobil kami yang melanjutkan perjalanan menelusuri jalan yang berubah menjadi jalan yang aspalnya sudah terlepas dan hanya batu batu yang tersisa. Pemandangan di kanan kiri jalanpun berubah. Jika sebelum pondok bambu, berupa rumah rumah penduduk sekarang berganti menjadi ladang dan pohon pinus.
Setelah lebih kurang 10 menit, sampailah kami di gerbang tiket masuk Curug Layung di sebelah kanan jalan. Kami langsung beli tiket dan berjalan pada jalan setapak yang dibuat tangga. Anak-anak dan mamahnya sangat menikmati awal perjalanan yang teduh di tengah hutan pinus.
Awal perjalanan: semangaaat!
Setelah kami berjalan sekitar 15 menit, di sebelah kanan terlihat hamparan kebun teh Sukawana.
Kami terus mengikuti jalan setapak yang naik turun mengikuti kontur tanah. Setelah jalan mendatar akhirnya sampailah kami di jalan yang terus menurun bahkan ada yang cukup ekstrim sampai kami harus merayap.
Kebun teh Sukawana di kejauhan
Kami terus mengikuti jalan setapak yang naik turun mengikuti kontur tanah. Setelah jalan mendatar akhirnya sampailah kami di jalan yang terus menurun bahkan ada yang cukup ekstrim sampai kami harus merayap.
Jalan setapak menuju Curug Layung
Sampailah kami ke Curug Layung setelah berjalan sekitar satu jam. Air terjunnya tidak terlalu tinggi tapi airnya sangat jernih dan banyak batuan yang cocok untuk nongkrong sambil menikmati suara air yang jatuh ke bebatuan.
Kami pun berfoto ria di atas bebatuan yang nongol di atas permukaan air sungai.
Akhirnya Naufal tidak tahan godaan jernihnya air dan ia langsung berenang dalam air yang dingin tapi menyegarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar